ASAL - USUL DESA PENYANGKRINGAN KECAMATAN WELERI KABUPATEN KENDAL



Desa Penyangkringan, Kecamatan Weleri, Kabupaten  Kendal, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 60 RT dan 17 RW. Batas - batas wilayahnya terdiri dari, Batas Barat Desa Sambungsari, Batas Timur Desa Penaruban, Batas Utara Desa Sidomukti, dan Batas Utara Desa Nawangsari. Desa Penyangkringan luas wilayahnya 7.7180 Ha. Luas Tanah Desa Penyangkringan ± 10 Hektar, Luas Bangunan ± 8 Hektar, Luas Sawah ± 2 Hektar. Jarak dari Kecamatan ke Desa Penyangkringan ± 2 km, dan jarak dari Kabupaten ke Desa Penyangkringan ± 10 km. Total penduduk Desa Penyangkringan berjumlah 9.903 orang terdiri dari 5.000 warga berjenis kelamin laki - laki, dan 4903 warga berjenis kelamin perempuan. Desa Penyakringan terdiri dari 4 Dusun yaitu Dusun Sekepel, Dusun Kendayaan, Dusun Krajan, dan Dusun Kedonsari.
Penyangkringan, jangan berpikir bahwa ini tempat makan atau sejenis warung angkringan ya hehehehe, karena namanya mirip dengan nama tempat makan atau tempat tongkrongan. Penyangkringan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Desa ini memiliki sejarah yang diceritakan secara lisan, dan turun - temurun. Adapun cerita sejarah tersebut adalah sebagai berikut.
Pada zaman dahulu hiduplah seorang gadis bernama Nyai Damariyah atau Sri Pandan. Dia adalah sosok wanita cantik yang diperebutkan oleh dua pengikut Pangeran Sambong, yaitu Bagus Wuragil dan Denowo. Sebenarnya Nyai Damariyah lebih suka dan tertarik kepada Bagus Wuragil. Tapi karena keduanya adalah sama - sama pengikut Pangeran Sambong dan dengan alasan tidak ingin menyakiti keduanya, akhirnya Nyai Damariyah lebih memilih hidup bersama temannya, yaitu Nyai Wungu.
Selanjutnya Nyai Damariyah dinasihati oleh Pangeran Sambong dan Nyai Wungu, jikalau Nyai Damariyah ingin tenang dari perebutan dua orang yang sama - sama menjadi sahabatnya, dia harus pergi ke tempat Ki Sidomukti yang letaknya di sebelah timur Sambongan. Sesampainya disana, Ki Sidomukti sangat prihatin karena perseteruan dua sahabat Nyai Damariyah. Oleh Ki Sidomukti, Nyai Damariyah diperintahkan untuk mencuci beras (meresi beras). Sebagaimana biasanya tempat mencuci beras itu dilakukan di sungai. Diberitahukan oleh Ki Sidomukti bahwa ketika Nyai Damariyah mencuci beras maka telusurilah letak berhentinya air cucian beras itu. Di tempat berakhirnya air pesusan itulah Nyai Damariyah bisa hidup tenang dan tidak akan diganggu oleh siapapun.
Air perasan beras itu disebut orang dengan nama "Leri". Ketika Nyai Damariyah menelusuri tempat berhentinya air leri itu, ternyata berhenti tepat di bawah dua pohon pandan yang tumbuh berdampingan, dan ada pohon Lo disekitarnya. Nama pohon Lo pada waktu itu banyak disebut orang dengan nama pohon Cangkring. Akhirnya daerah disekitar pohon Lo itu sekarang dikenal dengan nama Penyangkringan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUAH TANGAN DARI KOTA KENDAL BERIBADAT “KERUPUK GORENG PASIR”

KESENIAN TRADISIONAL SINGO BARONG DARI DAERAH JAWA TENGAH